Jika kamu adalah seorang marketer, bagaimana cara kamu meyakinkan orang-orang yang menolak berasuransi karena hukumnya haram?

Kalau penolakan yang mereka lakukan atas nama agama, rasanya tidak etis jika saya memaksakan. Ini sama halnya dengan kita menawarkan steak babi ke seorang muslim, padahal dia masih memiliki banyak pilihan makanan lain. Seperti yang kita tahu, alasan hukum haram asuransi adalah karena belum tentu dipakai, mengandung riba dan mendahului Tuhan. Kita belum tentu sakit, belum tentu kecelakaan, belum tentu kebakaran, tapi sudah merencanakan untuk itu. Kita mengeluarkan uang untuk sesuatu yang bersifat tidak pasti dan ini sudah bisa digolongkan ke dalam perilaku mubazir.

Hukum haram asuransi dalam Islam memang sangatlah logis. Namun, tidak realistis. Meskipun belum tentu terjadi, semua manusia berkesempatan untuk sakit dan berkemungkinan untuk mengalami peristiwa buruk di kemudian hari. Maka dari itu, jika saya merupakan seorang tenaga pemasar dan sedang berhadapan dengan calon nasabah yang menolak asuransi karena haram, maka yang saya katakan adalah: “Memang tidak ada yang menjamin Anda akan jatuh sakit suatu hari, tapi perlu diingat bahwa juga tidak ada yang menjamin Anda akan selalu dalam kondisi sehat seperti ini kedepannya.”

Selesai mengucapkan itu, saya pulang. —Loh, kok pulang? Memangnya mau meyakinkan seperti yang bagaimana lagi? Haram ya haram, meskipun MUI sudah mengeluarkan fatwa bahwa asuransi hukumnya boleh, tapi sesuatu yang sudah diyakini haram oleh seorang muslim akan tetap haram bagaimanapun itu. Tidak akan bisa diapa-apain lagi.

Pesan yang ingin saya sampaikan di sini adalah —terkhusus untuk marketer asuransi: Jika seseorang menolak sesuatu atas nama agama dan alasannya adalah haram, maka berhentilah. Memang orang dengan tipe jenis ini tidak akan bisa dimenangkan. Selain itu, dengan berhenti membujuk mereka untuk menggunakan produk asuransi yang Anda tawarkan merupakan bagian dari toleransi dan menghargai cara orang dalam beragama.

About admin